Angin Fohn adalah angin yang bersifat hangat dan kering serta bertiup menuruni lereng (downslope). Angin fohn dapat kita temukan pada wilayah rain shadow atau leeward slopes dari suatu pegunungan.
Angin fohn disebabkan oleh pemanasan adiabatik ketika udara mengalami penurunan ketinggian. Selain itu, angin fohn juga bersifat kering karena uap airnya sudah terkondensasi saat dia menaiki pegunungan pada windward slopes.
Karena merupakan hasil dari pemanasan adiabatik, angin fohn memiliki suhu yang panas. Tidak aneh jika angin fohn bisa memiliki suhu 14’C lebih hangat dibandingkan dengan udara di sekitarnya.
Negara-negara Eropa Tengah seperti Jerman, Austria, Luxembourg, dan Cekoslovakia memiliki iklim yang lebih hangat dibandingkan dengan wilayah sekitarnya karena terdapat efek fohn pada angin yang melewati pegunungan Alps.
Daftar Isi
Mengapa Disebut Angin Fohn?
Kata Fohn berasal dari bahasa latin ventus atau favionus, personifikasi salah satu dewa angin yunani. Kata ini kemudian berubah menjadi favuogn atau fougn dalam bahasa romanik.
Bangsa Jerman kuno yang tinggal di wilayah pegunungan Alps menyerap kata ini menjadi Phonno dalam basa old high german. Dalam bahasa lain, angin fohn disebut sebagai
- Italia = Favonio
- Kroasia = Fen
- Prancis = Phon
Mekanisme Terjadinya Angin Fohn
Secara umum, proses terbentuknya angin fohn diawali dengan udara dingin yang bergerak menaiki lereng gunung.
Seiring dengan meningkatnya ketinggian, udara tersebut mengalami pendinginan adiabatik. Pada ketinggian tertentu, uap air yang berada dalam udara tersebut akan mengalami kondensasi sehingga menyebabkan timbulnya hujan orografis.
Setelah melewati puncak gunung/bukit, angin tersebut akan kembali bergerak menuruni lereng pada sisi leeward. Seiring dengan menurunnya ketinggian, udara akan mengalami pemanasan adiabatik. Namun, karena udara tersebut sudah kehilangan uap air, laju pemanasan yang terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan laju pendinginan pada saat udara naik di sisi windward.
Selisih antara laju adiabatik basah (Saturated Adiabatic Lapse Rate) dan laju adiabatik kering (Dry Adiabatic Lapse Rate) inilah yang menyebabkan angin fohn menjadi lebih panas dibandingkan dengan udara sekitar.
Namun, setelah diteliti lebih lanjut, terdapat lebih dari satu cara terjadinya angin fohn. Sudah terdapat 4 penyebab angin fohn yang sudah diteliti dan diverifikasi.
Penyebab Angin Fohn
Secara umum, terdapat 4 fenomena yang menyebabkan angin fohn menjadi kering dan hangat. Mekanisme-mekanisme ini umumnya terjadi bersamaan, tetapi kontribusinya tergantung dengan bentuk topografi wilayah tersebut serta faktor-faktor cuaca yang ada.
Kondensasi dan Presipitasi
Ketika angin bertiup menaiki lereng suatu bukit atau gunung, udara akan menjadi lebih dingin karena efek pendinginan adiabatik. Karena udara dingin dapat menampung lebih sedikit uap air, uap air yang ada akan mengalami kondensasi dan berubah menjadi presipitasi pada ketinggian tertentu.
Kondensasi melepaskan kalor laten sehingga pendinginan udara seiring dengan bertambahnya ketinggian melambat. Setelah udara turun kembali di sisi leeward dari suatu pegunungan, udara tersebut akan mengalami pemanasan. Namun, karena pemanasan yang terjadi adalah pada udara kering, laju pemanasannya lebih tinggi.
Fenomena inilah yang menyebabkan angin fohn dan merupakan penjelasan yang paling diterima, baik oleh komunitas saintifik serta pelajar dan pengajar di seluruh dunia. Kemungkinan besar buku kalian juga menjelaskan fohn dengan pendekatan ini.
Namun, setelah diteliti lebih lanjut, sering pula terjadi kasus angin fohn yang tidak diawali dengan presipitasi. Oleh karena itu, diyakini bahwa terdapat banyak cara sebuah fenomena fohn dapat terjadi.
Drawdown Isentropik
isentropic drawdown adalah penurunan udara hangat yang lebih kering dari ketinggian yang lebih tinggi.
Ketika angin yang ada tidak cukup kuat untuk mendorong udara menaiki lereng gunung, massa udara tersebut dikategorikan sebagai blocked. Hanya udara yang ada disekitar puncak gunung yang dapat melewati puncak gunung dan menjadi angin fohn.
Pada fenomena ini, angin yang turun menjadi angin fohn bukanlah udara yang naik dari bawah lereng gunung, oleh karena itu, aktivitas presipitasi dalam bentuk hujan orografis tidak terjadi.
Percampuran Mekanis
Ketika air melewati batuan pada sungai, air tersebut akan mengalami turbulensi sehingga menciptakan whitewater. Hal yang sama terjadi pula pada angin, angin yang melewati puncak gunung akan mengalami turbulensi.
Aksi turbulensi ini umumnya menyebabkan pemanasan udara kebawah dan transportasi uap air ke atas. Oleh karena itu, udara yang turun di lereng gunung leeward sudah bersifat lebih panas dan memiliki kelembaban yang lebih rendah.
Fenomena turbulensi ini kerap membentuk formasi awan yang cukup unik yaitu awan rotor di puncak gunung.
Pemanasan Radiatif
Pada sisi windward dari angin fohn, terbentuk perawanan yang cukup tebal sehingga sinar matahari (shortwave radiation) tidak dapat menembus dan memantul untuk memanaskan udara di sekitarnya.
Pada sisi leeward dari angin fohn, cuaca cenderung cerah karena sudah tidak terdapat uap air yang menyebabkan perawanan. Pada sisi ini, paparan sinar matahari lebih kuat karena tidak terhalang awan sehingga suhu udara di sekitarnya pun menjadi lebih tinggi.
Efek Angin Fohn
Angin fohn kerap disebut sebagai snow eater atau angin pemakan salju. Sebutan ini disematkan karena kemampuannya mencairkan dan menghancurkan salju-salju yang ada di lereng leeward dari suatu gunung. Hal ini mudah terjadi berkat suhunya yang tinggi dan kelembabannya yang rendah.
Efek fohn juga dapat merusak hasil pertanian di daerah lereng pegunungan. Tanaman yang rawan terhadap efek fohn adalah tanaman-tanaman yang tidak tahan terhadap perubahan panas.
Angin kering yang dibawa oleh fohn juga mempengaruhi iklim lokal wilayah leeward pegunungan. Kemungkinan besar iklim lokal akan menjadi lebih hangat dan kering dibandingkan dengan wilayah-wilayah sekitarnya.
Sedikitnya uap air dan suhunya yang tinggi membuat daerah yang terkena efek fohn menjadi rawan bencana kebakaran hutan. Hal ini juga dipengaruhi oleh efek fohn yang mengubah siklus air wilayah tersebut dengan meningkatkan evaporasi namun mempengaruhi lokasi presipitasi.
Efek Angin Fohn Terhadap Manusia
Secara anekdotal, angin fohn memiliki dampak yang buruk bagi masyarakat yang tinggal di jalurnya. Penyakit yang dilaporkan disebabkan oleh fenomena ini pun sangat banyak, mulai dari migraine sederhana hingga psychosis.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Ludwig-Maximilians Muenchen menemukan bahwa saat terjadi fenomen fohn, tingkat kematian akibat bunuh diri dan kecelakaan meningkat sekitar 10%. Meskipun begitu, hubungan kausal antara dua fenomena ini belum dapat dijelaskan secara saintifik.
Meskipun begitu, riset terbaru menemukan bahwa angin fohn sebenarnya memiliki dampak yang positif bagi manusia karena mendatangkan kehangatan. Dampak-dampak buruk anekdotal yang diceritakan diduga merupakan efek sekunder dari fenomena-fenomena lain yang terjadi saat fohn, seperti kadar ion atmosfer dan rasa tidak nyaman seseorang dikarenakan terpaan angin yang kuat.
Nama Angin Fohn di Berbagai Belahan Dunia
Amerika
- Brookings Effect/Chetco Effect, Oregon
- Chinook, Pegunungan Rocky dan Cascadia
- Foehn, Pegunungan Appalachian
- Santa Anna, California
- Puelche, Chile
- Suetes, Kanada dan Nova Scotia
- Zona, Argentina
Afrika
- Bergwind, Afrika Selatan
- Ghibli, Afrika Utara
Asia
- Garmesh/Garmij/Garmbad, Iran
- Kumagaya, Jepang
- Loo, India
- Sio-Hong, Taiwan
- Wuhan, China
- Wambraw, Papua
- Gending, Jawa Timur
- Bahorok, Sumatra Utara
- Brubu, Sulawesi Selatan
- Kumbang, Jawa Timur
Australia-Oceania
- Fohn, Australia
- Nor’Wester, New Zealand
Eropa
- Favonio, Itali
- Fen, Slovenia
- Fogony, Pegunungan Pyrennes Catalan (Spanyol-Prancis)
- Fohn/Foehn, Austria, Jerman, Swiss, Prancis
- Fohn, Finlandia
- Halny, Pegunungan Carpathia, Polandia
- Helm, Inggris
- Hnjukabeyr, Islandia
- Livas, Yunani
- Kosava, Serbia
- Nortada, Portugal
- Ponenta, Spanyol
- Terral, Spanyol
- Vantul Marre, Pegunungan Carpathia, Romania
- Viento del Sur, Spanyol
Antarktika
- Tembok Foehn, Kepulauan Orkney
- Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Karya Sastra - Januari 28, 2021
- Kalimat Persuasif: Pengertian, Ciri, Fungsi, dan Jenisnya - Januari 27, 2021
- Surat Izin Sakit: Cara Menulis yang Benar beserta Contohnya - Januari 27, 2021